Come on Adventure ke Ranau
Barangkali kalian baru atau bahkan belum pernah mendengar nama Gunung Seminung. Ya, ia mungkin tidak se-terkenal Bukit Jempol atau Bukit Serelo di Lahat, juga tidak se-tinggi Gunung Dempo di Pagar alam, namun Gunung Seminung memiliki keistimewaannya sendiri yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Berada di antara dua provinsi yakni Sumatera Selatan dan Lampung, Gunung Seminung menghadirkan keindahan alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan sember pendapatan daerah sebagai objek wisata.Karena berada di dua provinsi, tepatnya di Kecamatan Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dan Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung maka terdapat dua jalur yang dapat digunakan untuk menuju ke lokasi. Apabila dari Jakarta ataupun Lampung, perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan bus jurusan Simpang Sender Liwa dan turun di Desa Kotabatu. Sedang dari Palembang, terdapat beberapa alternatif transportasi di antaranya adalah travel langsung dari Palembang menuju Ranau atau bisa dengan menggunakan kereta api sampai di Baturaja dan dilanjutkan dengan travel tujuan Simpang Sender Liwa dan turun di Desa Kotabatu. Perjalanan dari Palembang sampai di Kotabatu menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 7 jam. Setelah sampai di Desa Kotabatu, perjalanan dilanjutkan dengan speedboat menyebarangi Danau Ranau menuju ke kaki gunung.
Memiliki ketinggian 1818 meter di atas permukaan laut, Gunung Seminung tidak bisa dipandang sebelah mata. Perjalanan menuju puncak Seminung dimulai dari ketinggian 500 meter di atas permukaan laut, melewati tepian danau dan kemudian menyusuri jalan setapak hingga terus ke puncak. Berteman kebun kopi di kiri kanan jalur, para pejalan yang akan melakukan pendakian akan melewati jalan awal yang sudah dilapis semen oleh warga. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam, pendaki akan tiba di check point atau shelter 1. Hal ini ditandai dengan adanya bangunan sederhana berupa musholla di sisi kanan jalur. Di shelter 1 ini terdapat sumur yang menjadi sumber dan satu-satunya sumber air yang dapat digunakan sebagai bekal sampai ke puncak.
Meneruskan perjalanan ke atas, para pejalan akan menemukan vegetasi yang mulai berbeda tepatnya setelah melewati pintu rimba. Hutan hujan tropis khas Indonesia akan menemani sepanjang perjalanan hingga ke puncak. Rimbunnya pepohonan mengakibatkan sedikitnya sinar matahari yang masuk sehingga membuat suasana dalam hutan semakin lembab. Kontur tanah yang basah dan banyaknya tanaman jenis bambu-bambuan yang tumbuh, membuat pacet hidup berkembang di Seminung. Hal ini perlu diwaspadai karena biasanya para pendaki tidak menyadari pacet yang sudah menempel dan menghisap darah di tubuhnya. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan menggunakan air rendaman tembakau yang dibalurkan di kaki.
Kurang lebih sekitar 4 jam melewati hutan hujan tropis dengan jalur pendakian yang cukup terjal, akan mulai terlihat hamparan ilalang dan rumput hijau yang berbatasan langsung dengan birunya langit, tanda puncak telah sampai. Pun tidak banyak, terdapat sang abadi, bunga edelweiss yang tumbuh di puncak 1881 tersebut. Api jingga di pagi hari berebut dengan gumpalan cotton candy ingin menyuguhkan keindahannya masing-masing. Jika beruntung, kabut akan membuka diri dan memperlihatkan pemandangan Desa Kotabatu dengan latar Danau Ranau dan batang-batang pohon sisa kebakaran yang terlihat jelas dari atas.
Selepas memeluk angin di atas ketinggian, tubuh bisa langsung dimanjakan dengan berendam di pemandian air panas yang berada di kaki gunung. Air panas tersebut langsung berasal dari kaki gunung yang kemudian bercampur dengan air dari Danau Ranau. Perbedaan suhu di antara keduanya masih jelas terasa tatkala badan mulai dimasukkan ke dalam air. Suasana yang tenang, sejuk dan air hangat yang menyelimuti badan akan membuat tubuh rileks terlebih bagi para pendaki yang baru turun dari puncak Seminung. Tidak ada tiket masuk untuk ke pemandian air panas tersebut, semua gratis. Pengunjung hanya perlu membayar uang retribusi ketika menggunakan toilet.
Tidak hanya datang untuk menikmati panorama alam di Ranau, ada baiknya kita juga ikut berbaur, bercengkrama dengan penduduk setempat. Penduduk Desa Kotabatu kebanyakan bermata pencarian sebagai nelayan tambak dan berkebun tanaman seperti alpukat dan kopi. Beramah-tamah, meminta izin kepada tokoh adat yang diyakini juru kunci gunung sebelum memulai pendakian juga menjadi esensi dalam sebuah perjalanan.
Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali datang ke Ranau, dua tiga wajah alam bisa dinikmati. Danau Ranau yang merupakan danau terluas ke-dua di Sumatera, tentu sudah tidak diragukan lagi keindahannya. Selain itu, di sekitar lokasi ini juga terdapat air terjun dan sebuah pulau yakni Pulau Marisa yang terletak tidak jauh dari sumber air panas. Jadi, berwisata di Ranau bersama keluarga dan sahabat dapat masuk ke dalam list untuk liburan mendatang. Liburan, berjalan atau apapun namanya, tetap menjaga kebersihan dan kelestarian alam adalah hal mutlak yang harus dilaksanakan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, di manapun dan kapanpun. • Desi Megawati Puteri
Akomodasi dari Palembang dan sebaliknya
Travel langsung dari Palembang – Ranau Rp.120.000
Kereta api dari Kertapati – Baturaja; Rp. 35.000
Travel dari Baturaja – Kotabatu; Rp. 50.000
Speedboat dari Danau Ranau – Kaki Gunung; Rp.20.000 / orang PP
**Biaya dapat berubah sewaktu-waktu
sumber : klik disini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar